Dapatkan update newsletter dari budimansudjatmiko.net:
MAKKAH (KRjogja.com) - Anggota DPR RI Budiman Sudjatmiko 'tersesat' di Masjidil Haram. Saat tawaf ia sudah tak bersama lagi dengan rombongannya, lebih-lebih sabuk pengikat baju ihram yang di sakunya terdapat sejumlah uang dan alamat hotel tempat ia menginap juga turut terlepas, mantan aktivis penentang rezim Orde Baru ini pun sempat kebingungan.
Beruntung di tengah suasana jutaan umat itu, ia tiba-tiba melihat salah satu teman lama yang dikenalnya saat di Yogya. "Halim...!" Panggil Budiman yang merasa tidak pangling setelah lebih dari 20 tahun tak bertemu. Halim yang dimaksud adalah Abdul Halim, wartawan sebuah majalah di Jakarta yang turut tergabung dalam Media Center Haji (MCH) Kemenag, yang Jumat (11/10) dinihari itu, juga sedang melakukan umrah.
Pengalaman itu Budiman ceritakan kembali saat berkumpul dengan para wartawan MCH yang menempati sebuah pemondokan sederhana di wilayah Jarwal yang berjarak kira-kira 1 km dari Masjidil Haram. Oleh Abdul Halim, Budiman memang langsung diajak ke pemondokkannya untuk beristirahat terlebih dulu.
"Saya datang ke Makkah bersama beberapa anggota Komisi VIII DPR RI, yang khusus memantau pelaksanaan ibadah haji, sedangkan saya memang sengaja untuk menunaikan ibadah haji dan murni ibadah, maka saya ingin memisahkan diri dari mereka," kata Budiman yang terpaksa harus tidur di lantai dan makan nasi yang dikemas dalam kotak di pemondokan.
Namun, ia mengaku tak masalah, justru Budiman terlihat sangat menikmati apa yang dialaminya. "Hikmahnya saya bisa bertemu teman dari Yogya yang sudah puluhan tahun tak berjumpa," kata wakil rakyat dari wilayah Dapil Cilacap dan Banyumas ini.
Ia pun dengan suara meledak-ledak bercerita tentang kekagumannya terhadap makam Nabi Muhammad SAW. "Setelah keluar dari Raudhoh (tempat yang sangat ijabah untuk berdoa) saya langsung menempel dinding makam Nabi, saya sempat sesenggukan, saya seperti sedang bertamu kepada tokoh yang sejak dari kecil memang sudah ditanamkan orangtua, yakni Nabi Muhammad," ucap Budiman yang lulusan SMA Muh 1 Yogya ini.
Ia mengaku tidak tahu mengapa bisa menangis seperti itu. Seingatnya, sejak ia dewasa baru dua kali menangis sesenggukan, yakni ketika ditengok orangtuanya setelah ditangkap gara-gara aktivitasnya di Partai Rakyat Demokratik (PRD) dan ketika berziarah ke Makam Rasulullah. Beruntung saat datang ke Masjid Nabawi Madinah, jemaah sudah sedikit sepi, sehingga dalam dua hari di Madinah Budiman mengaku bisa ke Raudhoh sampai 7 kali.
Begitu pula ketika berhasil menginjakkan kaki di Masjidil Haram dan melihat Kakbah, ia tak kuasa untuk meneteskan air mata. Budiman pun akhirnya mengalir mengikuti pergerakan banyak orang mengitari (Thawaf) Kakbah. Saat khusuk membaca doa-doa yang ia gantungkan di leher itulah tak terasa kalau sabuk pengikat kain ihramnya lepas. Ia baru menyadari setelah umrah selesai.
Sesaat ia merasa bingung, karena di saku sabuk itu terdapat alamat hotel yang ia tempati dan sejumlah uang riyal. Namun, dengan keyakinan yang kuat Budiman percaya bakal ada pertolongan Allah. Apalagi ia sudah berniat selama sehari semalam itu ingin berdiam di Masjidil Haram hanya dengan kain ihram. Karena itu, ia pun tak membawa tas, termasuk handphone. "Alhamdulillah, tiba-tiba saya melihat Mas Halim," ucapnya. (Obi)
Sumber: krjogja.com
UU Desa Tempatkan Orang Desa Pada Posisi Yang Terhormat!
Jika sering kita mendapati orang-orang berkata bahwa Bung Karno dan Gus Dur adalah sosok-sosok yang lahir mendahului jamannya, maka saya katakan bahwa pernyataan tersebut hanya menjelaskan sebagian kebenaran saja...
Rumah Tuhan dalam hati kita adalah rumah untuk para anak yatim yang dulunya banyak ditinggal dan sekarang hidupnya terlunta-lunta akibat jadi korban politik...
Amnesti, saat itu, ada tawaran kepada kami yang kami kritik. Pembebasannya secara bertahap, padahal yang kami inginkan pada saat itu adalah amnesti seluruhnya.
© 2023 Budiman Sudjatmiko • kontak / privacy policy / terms |